Konsep Pengukuran
Menurut Suyanto (2008),
dalam
mengenalkan pengukuran pada anak usia dini, pada awalnya pendidik dapat menggunakan ukuran non
standar (jengkal, depa, dan kaki). Contohnya:
pendidik meberikan pertanyaan “ Berapa jengkal panjang kursi yang kamu
duduki?”. Setelah anak dapat memahami penggunaan ukuran non standar dan dapat
mengukur menggunakan ukuran tersebut maka pendidik dapat mengenalkan ukuran
standar sederhana kepada anak, misalnya penggaris. Terdapat beberapa hal yang dapat
dikenalkan dalam pengukuran, misalnya panjang, berat, volume, suhu, waktu, dan
mata uang.
Anak usia empat tahun juga belum mampu dalam
tugas konservasi: mereka bingung ketika dihadapkan pada objek yang sama tetapi
ditata dalam cara yang berbeda. Meskipun
telah memiliki perbendaharaan konsep, mereka masih mengalami kesulitan
menggunakan konsep abstrak, seperti waktu, ruang, dan ukuran untuk
mengorganisasikan pengalaman mereka (Bredecamp dan Copple, 1999 dalam
Musfiroh).
Sebagian dari anak usia empat tahun dapat menata
secara seri atau urut berdasarkan panjang atau ukuran. Meski demikian, apabila
klasifikasi didasarkan pada 2 sifat (misalnya kotak dan lingkaran, dan anak
disuruh menentukan mana yang lebih besar) anak masih mengalami kesulitan.(Bredecamp
dan Copple, 1999 dalam Musfiroh.
Menurut Monks (Izzaty, 2008), cara berpikir anak sentralized, yaitu terpusat
pada satu dimensi saja. Contohnya
pada suatu eksperimen anak ditunjukkan dua buah gelas A dan B yang sama
diameter dan tingginya, pada kedua gelas itu diisi air jeruk yang sama
banyaknya, kemudian anak ditanya air jeruk yang ada di gelas A dengan gelas B
“mana yang lebih banyak?”, maka anak dengan cepat menjawab “sama”. Jawaban ini didasarkan pada pandangan
tentang garis sejajar yang ditariknya dari permukaan air jeruk yang ada di
gelas A dan gelas B. Setelah itu dengan disaksikan anak, air jeruk yang ada di
gelas B dituangkan ke dalam gelas C yang diameternya lebih kecil, tetapi lebih
tinggi, kemudian ditanya lagi, “mana yang lebih banyak antara air jeruk yang
ada di gelas A dengan gelas C”. Dengan cara yang sama dari sebelumnya, anak
menjawab bahwa air jeruk di gelas C lebih banyak, karena permukannya lebih
tinggi. Dalam hal ini anak mengabaikan dimensi gelas, dan hanya memperhatikan
dimensi tinggi dari gelas. Cara berpikir seperti ini dikatakan belum menguasai
gejala konservasi.
Anak usia 5-6 tahun berada
dalam tahap praoperasional, yang mempunyai karekteristik: Berpikir tidak dapat dibalik; operasi logis anak pada masa ini belum
dapat dibalik. Sebagai contoh Adi ditanya: “Reni, kamu punya saudara tidak?”,
jawab Reni “punya”. Setelah itu Reni ditanya lagi, “siapa nama saudaramu?”.
Reni menjawab “Lila”, kemudian sekali lagi Reni ditanya “apakah Lila juga punya
saudara?”, Reni menjawab “tidak”. Dalam hal ini Reni tidak sadar bahwa
dirinyalah saudara Lila. (Izzaty, 2008).
Berpikir terarah statis, artinya dalam berpikir anak tidak pernah
memperhatikan dinamika proses terjadinya sesuatu. Misalnya Anak ditunjukkan dua
bola dari plastisin yang sama besarnya, selanjutnya salah satu bola tersebut
diubah bentuknya menjadi seperti sosis. Kemudian kepada anak tersebut
ditanyakan “masih sama banyakkah zat pada kedua lilin ini?”, anak akan menjawab
“yang berbentuk sosis lebih besar”. (Izzaty, 2008).
Kegiatan Pembelajaran dan
Assesmen
Mengukur Tinggi
Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan alat ukur standar , dan alat ukur non standar
(jengkal).
Alat
dan bahan: meteran dan tali rafia.
Prosedur:
Kenalkan
alat pengukur panjang (meteran) kepada anak. Ajak anak-anak untuk mengukur
tinggi mereka menggunakan meteran. Ukur juga tinggi anak menggunakan
tali raffia. Hitung berapa jengkal
tinggi anak yang diukur menggunakan tali raffia.
Assesmen:
Berikan
pertanyaan kepada anak mengenai berapa tinggi badan mereka dan amati bagaimana
jawaban anak.
Mengukur Suhu Tubuh
Kegiatan
ini dapat dilakukan menggunakan thermometer badan, yang bertujuan untuk
mengenalkan mengenai suhu, dan berapa suhu normal orang yang sehat.
Alat dan bahan: termometer badan
Prosedur:
Kenalkan
alat pengukur suhu badan (thermometer badan) kepada anak. Berikan contoh cara
mengukur suhu tubuh dengan thermometer badan dan membaca angka yang tertera
pada thermometer. Mintalah anak untuk mengukur suhu tubuh mereka masing-masing. Kenalkan suhu normal orang yang sehat
pada anak.
Assesmen:
Berikan
pertanyaan kepada anak mengenai berapa suhu tubuh mereka dan cermati bagaimana
jawaban anak.
Menghitung Volume Air
Alat dan bahan: 2 Gelas ukur/ 2 wadah air yang
mempunyai bentuk sama dan ada ukurannya, 1
botol aqua 600 ml dan 1 botol aqua gelas.
Prosedur:
Masukkan
air ke dalam gelas wadah aqua besar dan aqua kecil sama banyak. Mintalah anak untuk menebak banyak mana air yang terdapat di
aqua 600 ml atau aqua gelas. Kemudian
buktikann jawaban dengan meletakkan air ke dalam gelas ukur dan mintalah anak
untuk mengukur dengan melihat angkanya.
Berikan
pertanyaan kepada anak mengenai berapa isi gelas air di aqua 600 ml dan yang
berada di gelas aqua.
Menghitung Berat
Alat dan bahan: timbangan, kentang
beberapa buah, kubis 1 buah.
Prosedur:
Timbanglah kubis dan catat
beratnya. Timbanglah kentang sampai beratnya sama dengan kubis.
Assesmen:
Berikan
pertanyaan kepada anak tentang berapa banyak kentang yang beratnya sama dengan
berat satu buah kubis.
Menghitung Waktu
Alat dan bahan: jam dinding (asli
ataupun yang dibuat sendiri)
Prosedur:
Tanyakan
pada anak jam berapa mereka berangkat sekolah dan pulang sekolah. Mintalah anak untuk menunjukkan posisi
jarum jam yang sesuai dengan waktu berangkat dan pulang sekolah.
Assesmen:
Berikan pertanyaan kepada anak mengenai waktu
yang ditunjukkan oleh jarum jam.
Menghitung Uang
Alat dan Bahan: uang seribuan 3
buah, uang seratusan 10 buah.
Prosedur:
Tanyakan
kepada anak nama mata uang sambil menunjukkan mata uang tersebut. Beri pertanyaan, “Berapa
uang Ibu Guru jika Ibu mempunyai 3 lembar uang kertas ribuan?” Buat variasi banyaknya uang kertas dan
uang koin, dan tanyakan kepada siswa nilai nominalnya. Jika sudah mahir, ajak
anak untuk bermain jual beli.
Assesmen:
Amati
cara anak membeli, menghitung uang, dan member kembaliannya. Jika sudah cocok
antara harga uang yang dibayarkan dan uang yang dikembalikan, berarti anak
sudah memahami nilai mata uang tersebut.
3 comments:
:h:
boleh kah saya minta literaturnya min?
apakah ini termasuk implementasi pengukuran terhadap anak
Post a Comment