Konsep Urutan dan Seriasi
Mengurutkan
(ordering) merupakan kemampuan yang dikuasai anak dalam menyusun dan menghitung setiap obyek hanya satu
kali secara berurutan, sehingga terdapat proses keteraturan.
Seriasi
(seriation) merupakan kemampuan mengurutkan susunan obyek-obyek berdasarkan
karakteristik ukurannya, misalnya dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari
yang terpendek sampai yang terpanjang. Seriasi juga merupakan kemampuan dasar
untuk membandingkan, memahami lambang sama dengan, tidak sama dengan (< dan
>). Ada 4 tipe seriasi, yaitu: (1) urutan melalui ukuran,
bunyi, posisi, (2) bilangan ordinal seperti ke 1, ke 2,
ke 3, (3) meletakkan sejumlah benda yang berbeda mulai dari yang paling sedikit sampai
yang paling banyak, (4) pasangan 1-1 antara 2 set
benda-benda yang berhubungan (dobel seriasi).
Sedangkan
menurut Piaget, kemampuan
seriasi dibagi menjadi 5, yaitu: mengurutkan objek berdasarkan pola ukuran bentuk, mengurutkan obyek
berdasarkan pola ukuran warna, menghitung setiap objek hanya satu kali secara berurutan, menyusun objek berdasarkan ukuran panjang & pendek, menyusun
objek berdasarkan ukuran besar & kecil.
Menurut
Bredekamp & Copple dalam Musfiroh (2005: 85), anak usia 4 tahun belum mampu
dalam tugas konservasi. Mereka bingung ketika dihadapkan pada objek yang sama
tetapi ditata dalam cara yang berbeda. Meskipun telah memiliki perbendaharaan
konsep, mereka masih mengalami kesulitan menggunakan konsep abstrak, seperti
waktu, ruang, dan ukuran untuk mengorganisasikan pengalaman mereka.
Sebagian
dari anak usia 4 tahun dapat menunaikan tugas menata secara seri atau urut
berdasarkan panjang atau ukuran. Meskipun demikian, apabila diklasifikasikan
didasarkan pada dua sifat (misal kotak dan lingkaran dan anak disuruh
menentukan mana yang lebih besar) anak masih menglami kesulitan.
Menurut
Gelman & Gallistel dalam Papalia (2009: 340), pada masa kanak-kanak awal,
anak-anak mulai memahami lima prinsip berhitung.
Prinsip 1 untuk 1: hanya menyebutkan sebuah nomor
sebanyak satu kali untuk setiap hal yang dihitung (“satu… dua… tiga”).
Prinsip urutan yang tetap: menyebutkan nomor dengan urutan yang
tetap (“satu, dua tiga…”, bukan “tiga, dua, satu…”).
Prinsip ketidakrelevanan urutan: mulai
menghitung dari benda manapun, dan jumlah total hitungan akan tetap sama.
Prinsip kardinalitas: nomor
terakhir yang disebut adalah total jumlah benda yang dihitung. (jika ada 5
barang, maka nomor terakhir adalah “5”).
Prinsip abstraksi: prinsip-prinsip
sebelumnya berlaku untuk semua objek.
Dengan
demikian dari pernyataan Gelman & Gallistel, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan anak pada masa kanak-kanak awal dalam memahami konsep urutan dan
seriasi adalah terjadi ketidak relevanan urutan dan dalam pengurutan angka,
anak belum memahami konsep terbalik atau dalam menyebutkan nomor/ angka, anak
cenderung menyebutkan dengan urutan yang tetap (“satu, dua tiga…”, bukan “tiga,
dua, satu…”).
Kegiatan Pembelajaran
Mengurutkan angka 1-10
Alat dan Bahan: Kalung
angka bertuliskan angka 1 sampai 10
Prosedur: Guru meminta
10 anak untuk maju ke depan kelas, kemudian anak di minta berbaris untuk
mengurutkan angka 1-10 dengan menggunakan kalung angka.
Mengurutkan proses metamorfosis kupu-kupu
Alat dan Bahan: gambar
telur, ulat, kepompong dan kupu-kupu.
Prosedur: Guru bercerita
tentang proses metamorfosis kupu-kupu kemudian anak diminta untuk mengurutkan
kembali gambar proses metamorfosis.
Mengurutkan bentuk lingkaran
Alat dan bahan:
lingkaran dengan berbagai ukuran
Prosedur: Anak diminta
untuk mengurutkan lingkaran mulai yang terkecil sampai yang terbesar, atau
sebaliknya.
Mengurutkan waktu
Alat dan Bahan: gambar
aktivitas manusia dari pagi sampai malam hari
Prosedur: Guru
menempelkan gambar tentang aktivitas dari pagi sampai malam hari. Kemudian anak
diminta untuk mengurutkan waktu dari pagi, siang dan malam.
0 comments:
Post a Comment