Monday, 13 January 2014

PENGUKURAN PADA ANAK USIA DINI


Konsep Pengukuran



Menurut Suyanto (2008), dalam mengenalkan pengukuran pada anak usia dini, pada awalnya  pendidik dapat menggunakan ukuran non standar (jengkal, depa, dan kaki). Contohnya: pendidik meberikan pertanyaan “ Berapa jengkal panjang kursi yang kamu duduki?”. Setelah anak dapat memahami penggunaan ukuran non standar dan dapat mengukur menggunakan ukuran tersebut maka pendidik dapat mengenalkan ukuran standar sederhana kepada anak, misalnya penggaris. Terdapat beberapa hal yang dapat dikenalkan dalam pengukuran, misalnya panjang, berat, volume, suhu, waktu, dan mata uang.
 Anak usia empat tahun juga belum mampu dalam tugas konservasi: mereka bingung ketika dihadapkan pada objek yang sama tetapi ditata dalam cara yang berbeda. Meskipun telah memiliki perbendaharaan konsep, mereka masih mengalami kesulitan menggunakan konsep abstrak, seperti waktu, ruang, dan ukuran untuk mengorganisasikan pengalaman mereka (Bredecamp dan Copple, 1999 dalam Musfiroh).
Sebagian dari anak usia empat tahun dapat menata secara seri atau urut berdasarkan panjang atau ukuran. Meski demikian, apabila klasifikasi didasarkan pada 2 sifat (misalnya kotak dan lingkaran, dan anak disuruh menentukan mana yang lebih besar) anak masih mengalami kesulitan.(Bredecamp dan Copple, 1999 dalam Musfiroh.
Menurut Monks (Izzaty, 2008), cara berpikir anak sentralized, yaitu terpusat pada satu dimensi saja. Contohnya pada suatu eksperimen anak ditunjukkan dua buah gelas A dan B yang sama diameter dan tingginya, pada kedua gelas itu diisi air jeruk yang sama banyaknya, kemudian anak ditanya air jeruk yang ada di gelas A dengan gelas B “mana yang lebih banyak?”, maka anak dengan cepat menjawab “sama”. Jawaban ini didasarkan pada pandangan tentang garis sejajar yang ditariknya dari permukaan air jeruk yang ada di gelas A dan gelas B. Setelah itu dengan disaksikan anak, air jeruk yang ada di gelas B dituangkan ke dalam gelas C yang diameternya lebih kecil, tetapi lebih tinggi, kemudian ditanya lagi, “mana yang lebih banyak antara air jeruk yang ada di gelas A dengan gelas C”. Dengan cara yang sama dari sebelumnya, anak menjawab bahwa air jeruk di gelas C lebih banyak, karena permukannya lebih tinggi. Dalam hal ini anak mengabaikan dimensi gelas, dan hanya memperhatikan dimensi tinggi dari gelas. Cara berpikir seperti ini dikatakan belum menguasai gejala konservasi.
Anak usia 5-6 tahun berada dalam tahap praoperasional, yang mempunyai karekteristik: Berpikir tidak dapat dibalik; operasi logis anak pada masa ini belum dapat dibalik. Sebagai contoh Adi ditanya: “Reni, kamu punya saudara tidak?”, jawab Reni “punya”. Setelah itu Reni ditanya lagi, “siapa nama saudaramu?”. Reni menjawab “Lila”, kemudian sekali lagi Reni ditanya “apakah Lila juga punya saudara?”, Reni menjawab “tidak”. Dalam hal ini Reni tidak sadar bahwa dirinyalah saudara Lila. (Izzaty, 2008).
Berpikir terarah statis, artinya dalam berpikir anak tidak pernah memperhatikan dinamika proses terjadinya sesuatu. Misalnya Anak ditunjukkan dua bola dari plastisin yang sama besarnya, selanjutnya salah satu bola tersebut diubah bentuknya menjadi seperti sosis. Kemudian kepada anak tersebut ditanyakan “masih sama banyakkah zat pada kedua lilin ini?”, anak akan menjawab “yang berbentuk sosis lebih besar”. (Izzaty, 2008).

Kegiatan Pembelajaran dan Assesmen

Mengukur Tinggi
 Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur standar , dan alat ukur non standar (jengkal).
Alat dan bahan: meteran dan tali rafia.
Prosedur:
Kenalkan alat pengukur panjang (meteran) kepada anak. Ajak anak-anak untuk mengukur tinggi mereka menggunakan meteran. Ukur juga tinggi anak menggunakan tali raffia. Hitung berapa jengkal tinggi anak yang diukur menggunakan tali raffia.
Assesmen:
Berikan pertanyaan kepada anak mengenai berapa tinggi badan mereka dan amati bagaimana jawaban anak.

Mengukur Suhu Tubuh
Kegiatan ini dapat dilakukan menggunakan thermometer badan, yang bertujuan untuk mengenalkan mengenai suhu, dan berapa suhu normal orang yang sehat. 
Alat dan bahan: termometer badan
Prosedur:
Kenalkan alat pengukur suhu badan (thermometer badan) kepada anak. Berikan contoh cara mengukur suhu tubuh dengan thermometer badan dan membaca angka yang tertera pada thermometer. Mintalah anak untuk mengukur suhu tubuh mereka masing-masing. Kenalkan suhu normal orang yang sehat pada anak.
Assesmen:
Berikan pertanyaan kepada anak mengenai berapa suhu tubuh  mereka dan cermati bagaimana jawaban anak.

Menghitung Volume Air
Alat dan bahan: 2 Gelas ukur/ 2 wadah air yang mempunyai bentuk sama dan ada ukurannya, 1 botol aqua 600 ml dan 1 botol aqua gelas.
Prosedur:
Masukkan air ke dalam gelas wadah aqua besar dan aqua kecil sama banyak. Mintalah anak untuk menebak  banyak mana air yang terdapat di aqua 600 ml atau aqua gelas. Kemudian buktikann jawaban dengan meletakkan air ke dalam gelas ukur dan mintalah anak untuk mengukur dengan melihat angkanya.
Assesmen:
Berikan pertanyaan kepada anak mengenai berapa isi gelas air di aqua 600 ml dan yang berada di gelas aqua.

Menghitung Berat
Alat dan bahan: timbangan, kentang beberapa buah, kubis 1 buah.
Prosedur:
Timbanglah kubis dan catat beratnya. Timbanglah kentang sampai beratnya sama dengan kubis.
Assesmen:
Berikan pertanyaan kepada anak tentang berapa banyak kentang yang beratnya sama dengan berat satu buah kubis.

Menghitung Waktu
Alat dan bahan: jam dinding (asli ataupun yang dibuat sendiri)
Prosedur:
Tanyakan pada anak jam berapa mereka berangkat sekolah dan pulang sekolah. Mintalah anak untuk menunjukkan posisi jarum jam yang sesuai dengan waktu berangkat dan pulang sekolah.
Assesmen: 
Berikan pertanyaan kepada anak mengenai waktu yang ditunjukkan oleh jarum jam.

Menghitung Uang
Alat dan Bahan: uang seribuan 3 buah, uang seratusan 10 buah.
Prosedur:
Tanyakan kepada anak nama mata uang sambil menunjukkan mata uang tersebut. Beri pertanyaan, “Berapa uang Ibu Guru jika Ibu mempunyai 3 lembar uang kertas ribuan?” Buat variasi banyaknya uang kertas dan uang koin, dan tanyakan kepada siswa nilai nominalnya. Jika sudah mahir, ajak anak untuk bermain jual beli.
Assesmen:
Amati cara anak membeli, menghitung uang, dan member kembaliannya. Jika sudah cocok antara harga uang yang dibayarkan dan uang yang dikembalikan, berarti anak sudah memahami nilai mata uang tersebut.

3 comments:

Riza's Blog said...

:h:

Mega naru said...

boleh kah saya minta literaturnya min?

Unknown said...

apakah ini termasuk implementasi pengukuran terhadap anak

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Post a Comment