Thursday 27 March 2014

CEREBRAL PALSY

What is cerebral palsy?
Cerebral Palsy: "paralisis otak". Cerebral Palsy merupakan suatu kelainan fungsi otak dan syaraf yang sedang tumbuh. Kerusakan tersebut menyebabkan gangguan keseimbangan dan gerakan. Cerebral palsy disebabkan oleh kerusakan otak yang mengakibatkan gangguan pada fungsi motorik, koordinasi, alat indera dan fungsi ingatan, Secara lahiriah anak-anak CP mengalami cacat jasmani, namun tetap memiliki potensi-potensi bawaan sebagaimana anak-anak normal. Sifat kelainan tidak progresif. Kelainan yang timbul tergantung dari tingkat kerusakan otak yang terjadi dan penanganan CP. Semakin awal terdiagnosis dan tertangani maka kelainan yang timbul akan semakin minimal. Di beberapa negara, CP merupakan penyebab tersering physical disability. Insidensi: kurang lebih 1 dari 1000 bayi yang dilahirkan.


Early Signs
Pada saat lahir bayi CP dapat terlihat lemah dan terkulai atau mungkin normal. Perkembangan lambat dibanding anak seusianya. Tidak dapat menggunakan tangan atau hanya menggunakan satu tangan. Mengalami masalah dalam makan: menyedot, mengunyah, menelan. Tubuh tmpak kaku seperti papan sehingga sulit untuk digendong. Bayi jarang menangis atau tersenyum. Sulit untuk berkomunikasi: tidak ada respon. Munculnya refleks abnormal pada bayi.

Intelegensia
Intelegensia tidak terlalu terganggu, walaupun terkadang tampak lambat dalam memberikan respon. Terkadang anak CP tampak "bodoh" dan lambat karena gerakannya yang terhambat. Setengah dari CP mengalami retardasi mental. Anak CP membutuhkan latian dan bantuan untuk dapat menunjukkan kemampuannya.

Penyebab Anak CP
Pada masa prenatal , anak terkena infeksi misalnya: TORCH atau sifilis. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran darah bayi terganggu: tali pusat tertekan. Rh bayi tidak sama dengan ibunya. Ibu mengalami trauma. Bisa juga karena bayi/janin terkena radiasi.
Pada masa perinatal, bisa dikarenakan anoksia, persalinan dengan alat (forcep), perdarahan otak, bayi prematur, bayi postmatur, bayi kembar, hiperbilirubinemia.
Pada masa postnatal terjadi trauma kepala. Meningitis yang terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan. Terkena penyakit typoid atau diphteri. Keracunan carbon monoxida, tercekik, tumor otak, dan bisa juga karena keracunan logam berat.

Tipe Cerebral Palsy
  • Paralisis Spastik
  • Athetosis
  • Ataksia
  • Tremor
  • Rigid
  • Mixed



Paralisis Spastik
Kerusakan terjadi pada cortex cerebri. Daerah tertentu pada cortex cerebri memiliki fungsi untuk mengendalikan tonus otot agar tetap normal. Apabila terjadi kerusakan maka tonus otot akan berlebihan atau disebut mengalami spastik (mengejang) dan tonus otot akan berkurang atau spastisitas semakin melemah (paralysis).
Jenis posisi spastik:

Kelumpuhan pada spastik


Athetosis
Kerusakan terjadi pada basal ganglia atau traktus ekstrapiramidal yang berfungsi utama mengendalikan pola gerak. Geajalanya yaitu gerakan-gerakan yang tidak terkoordinir dan tidak terkontrol kadang dapat terjadi pada bibir, mata, lidah, atau pada bagian tubuh yang lain. Otot-otot tidak pernah mengalami kekejangan ataupun kelemahan (kelumpuhan).

Ataxia
Ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi dan kehilangan keseimbangan. Sering terjatuh karena jalannya tidak seimbang, terhuyung-huyung, bagaikan seseorang yang sedang mabuk. Letak kerusakan terjadi pada cerebellum.

Tremor
Ditandai adanya gerakan-gerakan kecil yang tidak disadari, irama gerakan umumnya tetap sehingga mirip dengan getaran. Karna gerakannya tidak disadari, maka sulit dikendalikan. Lokasi kerusakan menurut beberapa ahli terletak pada ganglia basal atau extra pyramidal tract.

Rigid
Ditandai oleh adanya otot dan gerakan yang sangat kaku (rigid). Rigiditas menyerupai gerakan robot yang sedang berjalan, gerakannya lambat dan tidak halus. Penyebab gerakan yang kaku ini menurut para ahli dikarenakan adanya kerusakan pada extrapyramidal tract.

Mixed
Tipe cerebral palsy yang ditandai oleh adanya gerakan campuran. Kadang-kadang gerakannya kaku, kadang kejang-kejang, atau juga tremor. CP tipe ini menurut para ahli jumlahnya sedikit.

Penanganan Medis??
Kerusakan yang terjadi di otak, sifatnya permanen. Obat-obatan yang diberikan hanya bersifat suportif 9suplemen untuk stamina). Operasi dipertimbangkan jika terjadi kontraktur.

Wednesday 26 March 2014

AUTISME


Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, dan komunikasi, dan interaksi sosial. Keluhan autisme dipengaruhi dan diperberat oleh manifestasi alergi. Laki-laki : wanita adalah 3 : 1 (3 banding 1).

Tanda-tanda autisme
  • Gangguan dalam berinteraksi sosial.
  • Gangguan kemampuan berkomunikasi dan aktivitas berimajinasi.
  • Hiperaktivitas, agresivitas, stereotipik kata dan gerak, menyakiti diri sendiri, penarikan diri.
 Variasi gejala autis
  • Kemampuan berbicara dan berjalan sangat terlambat.
  • Hampir tidak ada kontak mata.
  • Tidak ada kepatuhan.
  • Tidak pernah bisa fokus.
  • Bayi cenderung menghindari kontak mata.
  • Senang melihat mainan yang berputar.
  • Terlambat bicara dan bahasanya tidak dimengerti orang lain.
  • tidak menengok bila dipanggil namanya.
  • Tidak mempunyai rasa empati.
  • Suka tertawa-menangis-marah tanpa sebab yang jelas.
  • Gangguan perilaku bisa berlebihan atau cenderung pasif.
  • Perilaku berlebihan: hiperaktif, melompat-lompat, berlari tanpa arah, berputar-putar, mengulang-ulang gerakan tertentu.
  • Perilaku pasif: bengong, tatapan kosong, bermain monoton, kurang variatif.
Gangguan autistik dipengaruhi banyak faktor
  • Faktor genetik: multifaktoral > letak gen yang terganggu tidak dapat dilokalisir. Faktor gen erat kaitannya dengan kesulitan belajar anak.
  • Faktor struktur otak abnormal.
  • Faktor lingkungan, misal bahan kimia merkuri. 
OTAK ANAK AUTIS
  • Abnormalitas di bagian tertentu di otak yang bertanggungjawab pada pengaturan emosi, kontrol, dan koordinasi gerak. 
  • Pertumbuhan otak berbeda dengan anak normal. Pada saat di kandungan sampai usia 2-3 tahun terjadi percepatan pertumbuhan otak secara abnormal dengan fungsi abnormal. Pada usia 6 tahun - remaja dan dewasa: perlambatan pertumbuhan otak sehingga volume otak saat dewasa lebih kecil dibandingkan otak normal.  
Penelitian
Enam puluh kasus autis dan 52 kontrol di usia 2 - 26 tahun
  • Saat lahir, antara anak autis dan anak normal, lingkar kepala tidak berbeda.
  • Usia 2 - 4 tahun: 90% kasus autis memiliki volume otak yang lebih besar (37% makrosefali).
  • Pembesaran volume otak tidak merata, berlebih pada substansi putih otak besar dan otak kecil, dan substansi kelabu otak besar, namun kurang di substansi kelabu otak kecil dan lobulus vermis VI - VII.
Pertumbuhan dan Perkembangan Otak Anak Autis 
Pertumbuhan Otak Anak Autis
  • Pertumbuhan abnormal otak anak autis dipicu oleh berlebihnya brain growth factors (zat kimia yang bertanggungjawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan dan perkembangan jalinan sel saraf). Bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tidak beraturan.
  • Pertumbuhan bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf yang lain.
  • Berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluarnya hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) pada otak kecil penderita autis. Hal ini dapat terjadi secara primer dan sekunder.
  • Primer: karena faktor genetik, terjadi sejak awal kehamilan.
  • Sekunder: karena gangguan terjadi pada saat sel purkinye sudah berkembang.
Perkembangan Otak Anak Autis
  • Otak kecil anak normal mengalami aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori motorik, atensi, proses mengingat, serta kegiatan berbahasa. 
  • Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.
  • Pembesaran otak normal pada lobus frontalis.
  • Berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses memori).
  • Penelitian pada monyet yang dirusak hipokampus dan amigdala menghasilkan; bayi monyet usia 2 bulan menunjukkan perilaku pasif-agresif, tidak memulai kontak sosial tetapi tidak menolaknya. Pada usia 6 bulan menarik diri, menunjukkan gerakan streotipik dan hiperaktivitas.
  • Cerebellum: Otak anak autis mengalami tahapan berkurangnya sebagian cerebellum.
  • Hipocampus dan amigdala: ukuran lebih kecil, neuron lebih kecil dan lebih rapat.
  • Lobus di cerebrum: lebih besar dari ukuran normal
  • Venrikel: ukuran lebih besar.
  • Nukleus Caudatus: bolume berkurang.
Terapi untuk anak autis
  • Terapi Psikofarmakologi: tidak mengubah riwayat keadaan/perjalanan gangguan autis, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik, seperti hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri, agresivitas, dan gangguan tidur.
  • Terapi edukasi: untuk meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi.
  • Terapi perilaku, terapi wicara, terapi okupasi, sensori integrasi (pengorganisasian informasi melalui semua indera), latihan integrasi pendengaran untuk mengurangi hipersensitivitas terhadap suara, intervensi keluarga, dll.
  • Terapi biomedis: untuk gangguan saluran cerna >> pengaturan diet dengan menghindari zat-zat yang menimbulkan alergi (kasein, gluten), pemberian suplemen vitamin, pengobatan terhadap jamur dan bakteri di dinding usus.
  • Terapi perilaku.
Terapi perilaku pada anak autis
  • Menggunakan perubahan perilaku untuk membantu individu membangun kemampuan diri.
  • Menggunakan prinsip belajar-mengajar, untuk mengajarkan sesuatu yang kurang atau tidak dimiliki anak autis, misal diajar berperhatian, meniru suara, menggunakan kata-kata, bagaimana bermain, dll.
  • Terapi dilakukan berulang-ulang, dengan imbalan. Imbalan mula-mula berupa mainan, makanan, atau muinuman. Kemudian, imbalan berupa pujian, senyuman, pelukan.
  • Pengajaran berlangsung intensif selama 2 tahun, 40 jam/minggu. Ada lebih dari 500 tugas individual yang diajarkan.
  • Anak yang maju pesat dapat masuk kelas prasekolah dalam 6 - 12 bulan terapi. Hasil optimal tercapai bila terapi mulai sebelum usia 3 tahun.
  • Penelitian: 19 anak autis di bawah 4 tahun dengan IQ rata-rata 60, dilakukan terapi perilaku menunjukkan 47 % mencapai fungsi kognitif normal, 42% memperoleh kemajuan pada berbagai bidang.
  • Anak autis dapat sembuh jika Anda sabar dan ikhlas dalam mendidiknya.
Semoga bermanfaat!! ^_^

Baca juga:
Cara mengenali dan mendeteksi autis sejak dini 
Penanganan anak autis 
Tantrum Pada anak perlu diatasi 

Thursday 6 March 2014

CARA MENGENALI DAN MENDETEKSI AUTIS SEJAK DINI


Konsep Autis
Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain yang masuk dalam dunia repetitive, aktibitas dan minat yang obsesif. Gangguan perilaku ini dapat dioptimalkan sejak dini bila dilakukan deteksi dini yang baik dan benar. Seringkali seorang anak didiagnosis sudah terlambat sehingga membuat prognosis dan terapi tidak optimal.

Pedoman Praktis Deteksi Dini Autis
The National Institute of Child Health Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut:
  • Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan.
  • Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk dan menggenggam) hingga usia 12 bulan.
  • Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan.
  • Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan.
  • Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu.
Attention!!
Deteksi dini autis meskipun sulit namun tanda dan gejala autism sebenarnya sudah bisa diamati sejak dini bahkan sejak sebelum usia 6 bulan.

Deteksi Dini Sejak Lahir Hingga Usia 5 Tahun

Usia 0-12 bulan
  • Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis).
  • Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik.
  • Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi.
  • Tidak "babbling"
  • Tidak ditemukan senyum sosial di atas 10 minggu.
  • Tidak ada kontak mata di atas umur 3 bulan.
  • Perkembangan motorik kasar/halus sering tidak normal.
Usia 1-2 tahun
  • Kaku bila digendong.
  • Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da).
  • Tidak mengeluarkan kata.
  • Tidak tertarik pada boneka.
  • Memperhatikan tangannya sendiri.
  • Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar/halus.
  • Mungkin tidak dapat menerima makanan cair.
Usia 2-3 tahun
  • Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain.
  • Melihat orang sebagai "benda".
  • Kontak mata terbatas. 
  • Tertarik pada benda tertentu.
  • Kaku apabila digendong.
   Usia 4-5 tahun
  • Sering didapatkan ekolalia (membeo).
  • Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar).
  • Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah.
  • Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala).
  • Temperamen tantrum atau agresif.

PERKEMBANGAN ANAK USIA 8-12 BULAN


Perkembangan Motorik Kasar

  • Mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk tanpa bantuan.
  • Mengubah posisi dari berbaring menjadi merangkak sendiri.
  • Merangkak.
  • Berdiri berpegangan
  • Menarik badan tegak berdiri.
  • Berjalan berpegangan pada meja/kursi.
  • Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
  • Mungkin berjalan dua atau satu langkah tanpa bantuan.
Perkembangan Motorik Halus 
  • Memegang benda dengan ibu jari telunjuk.
  • Memukulkan dua buah benda satu sama lain dengan kedua tangan.
  • Meletakkan benda ke dalam wadah.
  • Mengeluarkan benda dari wadah.
  • Melepaskan/menjatuhkan benda dengan sengaja.
  • Menggorek-gorek benda dengan jari telunjuk. 
Perkembangan Bahasa
  • Semakin memperhatikan ujaran orang lain.
  • Berbicara atau "mengoceh' sendiri biasanya dengan suara-suara non bahasa.
  • Berespons dengan perintah verbal sederhana.
  • Berhenti melakukan sesuatu jika dikatakan "tidak/jangan", namun hanya sementara.
  • Menggunakan isyarat sederhana, seperti menggelengkan kepala untuk menyatakan "tidak".
  • Mengucapkan "mama" dan "papa".
  • Menggunakan seruan, seperti kata "Ha".
  • Berusaha menirukan kata-kata.
  • Mengindikasikan keinginan dengan bahasa verbal.
Perkembangan Sosial dan Pribadi 
  • Mengeksplorasi objek dengan berbagai cara (mengguncang, membanting, melempar, dan menjatuhkan).
  • Menemukan benda tersembunyi dengan mudah.
  • Melihat pada gambar yang benar jika disebutkan nama gambarnya.
  • Mulai menggunakan benda sesuai fungsinya(minum dari cangkir, menyisir rambut, mendengar pada gagang telepon).
  • Menirukan gerak isyarat.
  • Merasa malu dengan orang asing.
  • Menangis jika ditinggal Mama atau Papa.
  • Suka menirukan tingkah laku orang lain.
  • Menunjukkan kesukaan pada orang dan mainan tertentu.
  • Mencoba-coba reaksi orangtua terhadap tindakannya.
  • Mungkin menjadi takut pada waktu-waktu tertentu.
  • Lebih suka dengan perawat utama daripada dengna orang lain.
  • Mengulangi suara atau gerak isyarat untuk menarik perhatian.
  • Memasukkan makanan ke mulut.
  • Melonjorkan lengan atau kaki untuk membantu saat dipakaikan baju atau celana.

PENANGANAN ANAK AUTIS

Autisme adalah kategori ketidakmampuan yang ditandai dengan adanya gangguan dalam komunikasi, interaksi sosial, gangguan indrawi, pola bermain dan perilaku emosi. Anak-anak dengan berkebutuhan khusus seperti autis membutuhkan cara penanganan khusus. Orang tua dan pendidik perlu informasi yang memadai mengenai gangguan pada anak-anak sedini mungkin, sekaligus bagaimana cara menangani yang tepat.

CIRI_CIRI ANAK AUTIS
Beberapa perilaku yang nampak pada anak yang mengalami gangguan autisme antara lain:
  • Dalam bidang penginderaan anak-anak ini menunjukkan respon yang tidak wajar. Ada yang tampak begitu menikmati jatuhnya sinar matahari dari balik jendela, ada yan gsibuk memutar-mutar benda bulat di depannya selama berjam-jam.
  • Anak autis biasanya mengeksplorasi lingkungannya melalui indera peraba, pengecapan, dan pembauan seperti anak-anak kecil di bawah usiannya. Setiap kali memegang benda, anak autis cenderung mencium baunya terlebih dahulu.
  • Anak autis menunjukkan kurang sekali kontak mata dengan orang lain yang biasanya disertai dengan perilakuyang tidak wajar lainnya seperti tertarik dengan sinar atau benda gemerlap.
  • Beberapa anak autis bahkan tidak pernah berbicara walau mereka mengeluarkan suara-suara. Suara-suara yang dikeluarkan oleh anak autis itu tidak jelas dan biasanya berupa teriakan-teriakan.
  • Suka melambaikan tangan, berjalan berjingkat, goyang-goyang tubuh dengan ekspresi wajah yang aneh, badannya sangat kaku, kadang badannya berputar-putar tanpa merasa pusing.

CARA MENGASUH ANAK AUTIS
Mengasuh anak autis sebaiknya dengan mengembangkan rutinitas yang konsisten pada anak, karena anak autis ini akan mengalami kesulitan pada suatu perubahan yang tidak dia inginkan dan tidak terstruktur. Berikut adalah beberap cara mengsuh anak autis:
  • Cari sebab dibalik gejala, misal saat anak mengamuk. Begitu menemukan penyebabnya, Anda bisa menyesuaikan diri.
  • Jangan paksa bicara, karena bagi sebagian besar penyandang autisme, ungkapan verbal tak ada artinya. Pastikan diri Anda paham apa yang dikomunikasikan melalui ekspresinya. 
  • Belajar hidup dengan perilaku stereotip. Saat di tempat umum ajarkan anak berperilaku sebagaimana mestinya. Tetapi di rumah, biarkan dia sebagaimana dirinya. Terlalu banyak stimulasi, dan tuntutan perilaku baru, akan sulit ditoleransi oleh anak autis ini. Program mengurangi perilaku tertentu harus dilakukan dengan hati-hati.
  • Kerjasama dengan sekolah, bahwa kurikulum untuk anak penyandang autisme berpusat pada self care dan keterampilan bersosialisasi. 
  • Jauhkan anak dari role model yang berperilaku kasar. Anak penyandang autisme cenderung meniru perilaku tanpa pemahaman mengapa orang melakukannya.
  • Jangan tuntut anak untuk bisa beradaptasi dengan orang baru dan situasi baru. Biarkan dia menjaga jarak dan punya peluang untuk menyingkir.
TEKNIK MENGAJAR ANAK AUTIS DI KELAS
Mengajar anak autis merupakan tugas yang menantang, terutama bagi yang belum pernah memiliki pengalaman menangani anak-anak  ketidakmampuan belajar. Meskipun lambat, anak autis bisa dilatih untuk membaca, menulis, dan elajar. Diperlukan kesabaran dan ketekunan ketika menghadapi anak-anak dengan autisme. Berikut ini beberapa teknik yang bisa dilakukan untuk mengajar anak-anak dengan autisme:
  1. Tidak Melakukan Modifikasi Jadwal. Anak-anak autis tidak suka variasi karena mereka lebih menyukai rutinitas yang sama serta kebiasaan berulang. Oleh karena itu, sebaiknya tidak melakukan perubahan jadwal untuk anak dengan autisme. Namun, bukan tidak mungkin untuk melakukan sedikit modifikasi jadwal bila memang dibutuhkan.
  2. Memilih  Gaya Belajar. Setiap anak memiliki gaya belajar tertentu. Beberapa anak mungkin lebih cepat menyerap informasi dengan cara mendengar, sementara anak yang lain lebih cenderung pada gaya belajar visual. Pada beberapa anak, media gambar menjadi bahasa pengantar utama dalam belajar. Sebagai guru atau orang tua, Anda perlu mencari tahu metode mana yang membantu anak untuk fokus pada apa yang diajarkan. Anak autis cenderung kehilangan minat bila mereka tidak mengerti apa yang diajarkan. Jadi, memilih gaya belajar yang sesuai akan membuat anak mampu beradaptasi lebih baik. 
  3. Menggunakan Bahasa Sederhana. Menggunakan kata-kata sederhana serta kalimat pendek ketika berkomunikasi dengan anak-anak autis sangat dianjurkan. Kalimat yang panjang dan kompleks hanya akan membuat anak bingung. Kalimat yang pendek lebih mudah dibaca, ditulis ulang, serta dipahami oleh anak.
  4. Menggunakan Objek Menarik Ketika Belajar. Anak-anak autis biasanya memiliki mainan favorit. Gunakan mainan favoritnya sebagai salah satu teknik untuk mengajar mereka. Bila mainan favorit anak adalah mobil, Anda bisa bercerita tentang kisah-kisah yang melibatkan mobil. Bisa juga menggunakan mainan mobil kecil untuk mendapatkan perhatian anak.
  5. Menangani Masalah Menulis. Sebagian besar anak autis menghadapi masalah dengan keteralmpilan motorik mereka. Anak autis tidak dapat mengendalikan tangan sehingga kesulitan untuk menulis rapi. Hal ini bisa membuat anak merasa putus asa. Untuk mengatasi hal tersebut, mintalah anak untuk mengetik di komputer atau di laptop. Mengetik di komputer bisa membantu anak belajar lebih cepat tanpa merasa kecewa saat melihat hasil tulisan mereka. Selain itu, cara ini bisa memotivasi anak untuk menikmati proses menulis.
  6. Mengenali Bakat. Anak-anak dengan autisme biasanya sedikit lebih lambat dalam berkomunikasi dan proses belajar dibandingkan dengan anak-anak lain seusia mereka. Namun, banyak diantara anak-anak autis yang memiliki bakat melukis, memainkan alat musik, membuat kerajinan, bahkan pemrograman komputer. Pikiran mereka sangat kreatif dan seringkali menghasilkan karya seni yang luar biasa. Penting bagi guru atau orang tua untuk mengidentifikasi bakat anak autis serta membantu mengembangkannya. Bakat ini bisa dipoles sehingga dapat digunakan sebagai keterampilan untuk kehidupan maupun karir mereka di masa depan.
PEMILIHAN MAKANAN UNTUK ANAK AUTIS
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan bagi orang tua dalam memberikan makanan bagi anak-anak mereka yang menyandang autisme.

Makanan yang dihindari
  • Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman yang dibuat dari terigu, '''''''havermuth, dan oat misalnya roti, mie, kue-ku-
  • Produk-produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat dan saus lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu sebagai bahan campuran. Jadi, perlu hati-hati pemakaiannya. Cermati/baca label pada kemasannya.
  • Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya, misal es krim, keju, mentega, yogurt, dan makanan yang menggunakan susu.
  • Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, hotdog, sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga tidak dianjurkan terutama bagi anak yang alergi jamur karena pembuatannya menggunakan fermentasi ragi.
  • Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng.
  • Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur kuping, jamur merang dan lain-lain.
  • Buah yang dikeringkan misalnya kismis, aprokot, kurma, pisang, prune, dan lain-lain.
  • Fruit juice/sari buah yang diawetkan, minuman beralkohol, dan semua minuman yang manis.
Makanan yang dianjurkan
  • Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak mengandung gluten, misalnya beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca, ararut, maizena, bihun, soun, dan sebagainya.
  • Makanan sumber protein dipilih yang tidak mengandung kasein, misalnya susu kedelai, daging, dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede, kacang kapri dan kacang-kacangan lainnya.
  • Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning, kangkung, tomat, wortel, timun, dan sebagianya.
  • Buah-buahan segar seperti apel, anggur, pepaya, mangga, pisang, jambu, jeruk, semangka, dan sebagainya.
  • Makanan sumber karbohidrat: beras, tepung beras, kentang, ubi, singkong, jagung, dan tales. Roti atau biscuit dapat diberikan bila dibuat dari tepung yang bukan tepung terigu.
  • Makanan sumber protein seperti udang dan hasil laut lain yang segar.
  • makanan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan (almond, mete, kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, dan lainnya). Namun, kacang tanah tidak dianjurkan karena sering berjamur.
  • Semua sayuran segar terutama yang rendah karbohidrat seperti brokoli, kol, kembang kol, bit, wortel, timun, labu siam, bayam, terong, sawi, tomat, buncis, kacang panjang, kangkung, tomat, dan lain-lain.
Cara mengatur makanan secara umum
  • Berikan makanan seimbang untuk menjamin agar tubuh memperoleh semua zat gizi yang dibutuhkan untuk keperluan pertumbuhan, perbaikan sel-sel yang rusak dan kegiatan sehari-hari.
  • Gula sebaiknya dihindari, khususnya bagi yang hiperaktif dan ada infeksi jamur. Fruktosa dapat digunakan sebagai pengganti gula karena penyerapan fruktosa lebih lambat dibanding gula/sukrosa.
  • Minyak untuk memasak sebaiknya menggunakan minyak sayur, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak kedelai, atau minyak olive. Bila perlu menambah konsumsi lemak, makanan dapat digoreng.
  • Cukup konsumsi serat, khususnya serat yang berasal dari sayuran dan buah-buahan segar. Konsumsi sayur dan buah 3-5 porsi per hari.
  • Pilih makanan yang tidak menggunakan food additive (zat penambah rasa, zat pewarna, zat pengawet).
  • Bila keseimbangan zat gizi tidak dapat dipenuhi, pertimbangkan pemberian suplemen vitamin dan mineral (vitamin B6, vitamin C, seng, dan magnesium).
  • Membaca label makanan untuk mengetahui komposisi makanan secara lengkap dan tanggal kadaluwarsanya.
  • Berikan makanan yang cukup bervariasi. Bila makanan monoton, maka anak akan bosan.
  • Hindari junk food seperti yang saat ini banyak dijual, ganti dengan buah dan sayuran segar.
Semoga saja informasi di atas bermanfaat. Dan sayangilah anak Anda, terimalah mereka apa adanya. Salam hangat. ^_^

SI KECIL CACINGAN? INI DIA SOLUSINYA!

KENALI TANDA CACINGAN
Adapun ciri-ciri cacingan adalah:
  • Anak tampak lesu, lemah, dan pucat karena cacing menghisap darah di pembuluh darah. Kondisi ini akan tampak jika anak terinfeksi cacing tambang yang selalu membutuhkan darah untuk bisa hidup.
  • Rasa gatal pada anus terutama akibat cacing kremi. Ketidaknyamanan yang ditimbulkan bisa membuat anak rewel. Biasanya rasa gatal muncul di malam hari karena pada saat itu cacing betina sedang bertelur di area anus.
  • Anak tampak kurus karena berat badan kurang/tak kunjung naik karena zat gizi diserap cacing.
  • Batuk berkepanjangan bila cacing sudah mengganggu saluran pernapasan.
  • Munculnya nyeri perut, mulas, diare, kembung atau susah BAB. Kadang disertai demam yang hilang timbul.
  • Warna bola mata berubah, dari putih menjadi kekuning-kuningan.
  • Urine atau air kencing berubah menjadi kecoklatan atau lebih gelap.
  • Bau tinja atau feses lebih menyengat. Paling sering bau amis.
APA YANG PERLU DILAKUKAN?
Meski dijual bebas, obat cacing tidak disarankan diberikan kepada balita sebelum diadakan pemeriksaan dan hasilnya positif ditemukan telur/larva/cacing dewasa. Untuk itu, sebaiknya konsultasikan kondisi anak pada dokter. Umumnya dokter akan meminta anak menjalani pemeriksaan sampel darah, feses, atau urine untuk membuktikan apakah si kecil benar terinfeksi cacing atau tidak.
Bila dalam pemeriksaan sputum tinja dan darah ditemukan telur/larva/cacing dewasa, umumnya dokter akan meresepkan obat antiparasit. 

CEGAH CACINGAN
Tindakan preventif bisa dilakukan dengan selalu menjaga sanitasi lingkungan(menyapu halaman, serta rajin memotong/membersihkan tanaman yang sudah rimbun). Perhatikan pula kebersihan diri seperti membersihkan kuku dan selalu cuci tangan baik sebelum makan, setelah bermain, atau setelah berturas (BAB dan BAK). Hindari menggigit kuku atau menggaruk anus. Jangan lupa menggunakan alas kaki, terutama saat keluar rumah karena cacing bisa masuk melalu i telapak kaki.
Terakhir, pastikan daging yang kita konsumsi telah dimasak matang. Cuci bersih semua sayuran dan buah. Seperti pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Jadi mari cegah penyakit cacingan dengan menjaga kebersihan.

TANTRUM PADA ANAK PERLU DIATASI

Tantrum umum terjadi pada batita (1-3 tahun), lalu frekuensinya akan menurun saat usia anak 3-4 tahun. Lamanya tantrum biasanya 10-15 menit, tergantung pada energi anak saat itu. Meski hampir semua anak pernah tantrum, perilaku ini tetap memiliki batas kewajaran. Tantrum yang terlalu intens/ sering dan lebih dari 15 menit, bahkan untuk masalah-masalah sepele (misal, tak dibelikan permen), sudah melebihi batas.

Tantrum juga tidak wajar jika si kecil sampai membahayakan dirinya sendiri. Seperti membenturkan kepala ke tembok, membanting diri ke lantai, menendang orang-orang di sekitarnya, dan hal-hal lain yang menyakiti diri sendiri atau orang lain.


Bila hal ini terjadi, kita perlu segera mencari solusi. Mengapa, bukankah tantrum adalah perilaku umum pada balita? Betul, namun tanpa ada penanganan yang baik, selain eskalasi tantrum bisa meningkat, dikhawatirkan tantrum berkembang menjadi kebiasaan yang akan mempengaruhi karakter/ sifat anak. Pada akhirnya, tantrum bisa terbawa hingga anak besar. Anak pun semakin sulit mengontrol emosi dan beradaptasi dengan lingkungannya.

PERHATIAN DAN KASIH SAYANG
Yang perlu diketahui, tantrum berlebihan biasanya dipicu oleh keadaan lingkungan rumah yang tidak mendukung. Kurangnya perhatian pada anak dan kasih sayang, misal. Atau cara-cara mendisiplinkan yang tak konsisten, orang tua sering mengkritik, atau justru terlalu protektif. Persaingan antar saudara, keterampilan berbahasa yang tidak terasah, atau anak menderita penyakit tertentu juga berpotensi memicu tantrum. Akumulasi ketidakpuasan pada diri anak juga bisa kemarahannya meledak menjadi tantrum.
Penyebab lain yang lebih sederhana adalah rasa lapar atau lelah. Ini sebenarnya yang paling sering terjadi. Namun tantrum jenis ini umumnya tidak lama. Kalau sudah kenyang atau sudah beristirahat, anak akan menjadi tenang.

BANGUN KOMUNIKASI
Penanganan tantrum bisa dimulai dengan usaha kita untuk mengenal lebih baik sifat dan karakter anak. Pendekatan ini bisa membuat si keci merasa diterima. Kita pun makin memahami keinginannya walau komunikasi batita masih terbatas.
Mengevaluasi kembali kebutuhan anak yang tidak terpenuhi, kemudian membangun pola komunikasi yang lebih baik, juga amat disarankan. Fokus penanganan tantrum akan lebih efektif dengan meminimalisasi faktor-faktor penyebab sehingga diharapkan frekuensinya secara otomatis berkurang.
Beberapa hal yang dapat meminimalisasi penyebab tantrum, antara lain:

  1. Usahakan kita selalu mengetahui apa yang dibutuhkan anak. Contoh, sebelum bepergian, apalagi untuk perjalanan panjang, siapkan makanan/kue kecil agar anak tidak kelaparan. Ingat, tantrum terjadi lantaran batita masih sulit mengungkapkan keinginannya dengan kata-kata. Untuk itulah observasi orangtua dalam mengenal faktor-faktor yang bisa memicu munculnya tantrum amat dibutuhkan.
  2. Kebutuhan buah hati tidak hanya sebatas materi, namun juga perhatian dan kasih sayang. Jadilah teman mengobrol yang menyenangkan untuk si batita. Onrolan ini dapat membuat kita makin memahami anak; hal-hal apa yang membuat anak kecewa, sedih, dan marah. Dari sini kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung anak.
  3. Ciptakan rutinitas, seperti bangun pagi, sarapan, mandi, bermain, tidur siang, dan lain-lain. Belajar mengikuti rutinitas juga berarti belajar mengontrol diri serta belajar mengenai keterbatasan.
  4. Berikan pujian ketika anak menunjukkan perilaku baik. Berikan reward yang didapat, anak akan menangkap pesan apa sih yang dimaksud dengan perilaku baik itu. Pujian juga akan membuat anak merasa dihargai dan disayang sehingga perilaku yang diharapkan semakin menetap padanya.
  5. Hindari situasi yang dapat memicu tantrum. Kalau anak tidak dapat mengontrol keinginannya setiap melihat cokelat, hindari lorong-lorong belanjaan yang berisikan makanan manis itu.
  6. Ajari anak mengambil keputusan dan hormati keputusannya. Contoh, biarkan ia memilih baju yang akan dikenakan. Beri pujian atas pilihan itu.
  7. Jangan mengabulkan permintaan anak hanya demi menghindari tantrum. Ketika Mama Papa menyerah, anak belajar untuk menggunakan perilaku tantrum itu untuk mendapatkan sesuatu.
  8. Ajarkan disiplin terhadap apa yang boleh dan yang tidak. Dengan begitu, si kecil belajar bahwa tidak semua keinginannya bisa terpenuhi, entah karena ditolak atau belajar menunda keinginan. Setiap anak adalah unik. 
Demikian pula saat kita harus menghadapi tantrum-nya. Apapun caranya, yang penting lakukan dengan sabar dan tentu hindari perilaku kasar dan tidak menyakiti anak. 


JIKA TANTRUM DI MUKA UMUM
  1. Tetap bersikap tenang. Tunjukkan muka cool, tersenyumlah.
  2. Tidak memarahi, tidak memukul, apalagi menarik secara kasar. Peluk ia dengan erat. Bisikkan kata-kata menenangkan sambil memberi pengertian.
  3. Coba alihkan perhatiannya pada hal lain yang bisa membuatnya tertarik.
  4. Bila si kecil melakukan hal-hal yang membahayakan seperti menjambak rambutnya, membenturkan kepala, atau memukul orang, segera tangkap tangannya. Jangan dilepaskan meskipun meronta-ronta.
  5. Singkirkan benda-benda yang berpotensi membahayakan anak. Tetap awasi anak dari jarak dekat.
  6. Setelah tantrumnya reda, segera gendong atau gandeng pulang. Tetap jaga komunikasi terbuka dengan si batita. Katakan kita tidak menyenangi cara marahnya, bukan karena malu, tapi karena bahaya yang bisa ditimbulkan, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
  7. Next time, bila anak tidak marah saat keinginannya ditolak, beri ia pujian. Ini berarti si kecil sukses menahan emosinya.
Pada kasus-kasus tantrum yang sudah tidak dapat diatasi oleh orang tua, terkadang membutuhkan penanganan secara profesional (berkonsultasi dengan dokter anak atau psikologi anak). 
Good Luck!

Meredam Egosentris Anak Pra Sekolah

INILAH YANG DIPIKIRKAN ANAK DI FASE EGOSENTRIS


Howard Gardner menggambarkan fase egosentris sebagai berikut. "Seorang anak kecil merupakan sosok egosentris total. Bukan karena dia selalu memikirkan kepentingan dirinya, justru sebaliknya, dia tidak memiliki kemampuan berpikir tentang dirinya sendiri."
Lebih lanjut Gardner menjabarkan fase egosentris seperti ini:
  • Seorang anak yang egosentris tidak mampu membedakan dirinya dengan dunia sekitarnya dan tidak bisa membedakan dirinya dengan orang lain atau objek lain.
  • Dia menganggap orang lain memiliki kesedihan dan kesenangan yang sama dengan dirinya.
  • Dia berpikir bahwa setiap celotehannya pasti dimengerti dan orang lain memiliki perspektif yang sama dengan dirinya, bahkan hewan dan tumbuhan pun dianggap memiliki satu kesadaran dengan dirinya.
Lalu, bagaimana sikap kita untuk menghadapi anak egosentris ini? Pola asuh yang tepat dapat memuluskan berlalunya sikap egosentris anak di usia prasekolah. Caranya?
  • Tanamkan moral positif. Anak perlu memahami bahwa ada orang lain yang mungkin berbeda pendapat dengannya. Menghadapi beda pendapat pun tidak dengan amarah atau konflik. Beberapa buku terkait dengan ini bisa membantu si prasekolah memahami soal menghargai pendapat orang lain. Bila perlu bermain peranlah dengannya. Diskusikan sesuatu yang sederhana yang membuat Mama/Papa memiliki pendapat berbeda dengannya. Biarkan ia berargumentasi untuk mempertahankan pendapatnya. Begitu juga dengan kita. Sedikit demi sedikit ia akan belajar memahami bahwa beda pendapat itu adalah hal biasa.
  • Beri contoh tepat. Salah satu hak anak adalah tumbuh dalam lingkungan yang baik dengan mendapat contoh yang tepat dari Mama Papa. Nah, berusahalah untuk tidak memaksakan kehendak pada anak, dengarlah pendapatnya, dan jangan menunjukkan perdebatan sengit antara Mama Papa di depan anak. Beberapa tayangan teve juga bisa memperkuat perilaku mamu menang sendiri, jadi waspadalah.
  • Bangun empati anak. Dengan melatih empati anak, ia akan lebih peduli kepada lingkungannya. Mengarahkan anak untuk mau menolong anak yang sedang kesusahan, menolong teman yang terjatuh, bersedia meminjami alat tulis bila teman tidak punya, dan sebagainya. Anak dengan empati yang terasah akan mudah diajak bekerja sama dengannya.
  • Berikan Reward. Kesediaan anak untuk bekerja sama dengan temannya dan tidak mau menang sendiri, perlu diapresiasi. Pujian, pelukan, ciuman, akan membuat anak merasa dihargai.